was successfully added to your cart.

DISABILITAS --> ABILITAS

DISABILITAS  --> ABILITAS

MENYAKSIKAN pembukaan Asian Para Games 2018, banyak orang, termasuk saya, meneteskan air mata, terutama saat tulisan disabilitas berubah menjadi abilitas. Betapa kita sering mendengar kata “tidak bisa”, “tidak mungkin” diungkapkan oleh orang yang bertubuh utuh, tidak kekurangan suatu apa. Kita sering lupa bahwa banyak hal yang membuat kita mumpuni itu bukan disebabkan oleh apa yang kita punya, melainkan kondisi mental kita.

Kita seharusnya banyak belajar dari Asian Para Games ini. Jixiong Ye, lifter putra China, berhasil menggondol medali emas nomor 88 kilogram. Ia mampu mengangkat beban 234 kilogram. Angka ini membuat Ye berhasil memecahkan tiga rekor sekaligus: Asian Para Games, Asia, bahkan rekor dunia, yang berarti rekor dari mereka yang beanggota tubuh lengkap.

Beberapa waktu yang lalu, Paus Francis mendatangi seseorang yang menghadiahi beliau lukisan dari hasil kerajinan tangan kristik seseorang yang melakukannya dengan kakinya. Seorang pengamat berkomentar: "He cross-stitched with HIS FEET but yeah, we call him disabled." Benar kata “disable” ini seperti membentuk mindset, bahwa teman-teman ini perlu diistimewakan, dikasihani, dan dibantu.

Kuncinya terletak di “mindset”

Handry Satriago, seorang teman yang terkenal dengan prestasinya memimpin GE Indonesia, pernah menceritakan kisah dirinya sendiri ketika terkena kanker yang mengakibatkan beliau lumpuh dari pinggul ke bawah pada masa ia sedang aktif-aktifnya mendaki gunung. Setelah diperbolehkan pulang dari rumah sakit, Handry remaja ini mengurung diri di kamar, bersedih, tidak ingin melakukan apa-apa, bahkan mandi pun enggan.

Suatu saat ayah beliau, membuka pintu kamar dan mengatakan kalimat sakti yang sangat berarti bagi Handry dalam hidupnya: “Bila kau ingin selamanya mengurung diri di kamar, kami, orang tuamu akan mendukung. Tetapi, bila kau ingin keluar, bergerak dan maju, kami pun mendukung.”  Tiba-tiba ada kekuatan ekstra yang membuatnya pergi mandi dan keluar kamar. Hari itu adalah awal baru bagi Handry menjadi manusia maju yang menginspirasi sampai sekarang. Memang mindset “bisa” ini luar biasa, karena mindset inilah yang mengantar Handry bersaing, berjuang, dan mencapai prestasi yang sekarang

Kemauan saja tidak cukup

Pernyataan “where there's a will, there's always a way” memang benar, tetapi situasinya tidak selalu semudah itu bila ada bagian tubuh kita yang tidak berfungsi sempurna. Dalam pertandingan kemarin, kita menyaksikan bagaimana perenang yang tidak mempunyai kedua belah tungkai berhasil mengalahkan perenang yang masih memiliki satu kaki. Hal ini bisa menjadi pelajaran bagi kita semua bahwa bukan apa yang kita miliki saat ini yang menentukan masa depan kita.

Namun, apakah prestasi ini tercapai hanya karena kemauan? Banyak individu yang mau menjadi pendaki Gunung Everest, mau menjadi artis terkenal, atau bahkan mau menjadi presiden. Namun, kemauan saja tidaklah cukup. Kemauan ini harus ditunjukkan dalam usaha yang berlipat ganda. Kita pun mungkin harus siap melakukan pengorbanan yang tidak sedikit. Dari mulai menahan diri makan makanan kesukaan kita, sampai mungkin mengorbankan waktu bersenang-senang dengan teman maupun keluarga tercinta untuk terus berlatih dan menjaga stamina sampai akhirnya bisa mencapai tujuan.

Menahan kekuatan motivasi

Banyak hal, seperti berlari atau berjalan, yang bisa dikerjakan begitu saja oleh orang dengan anggota tubuh utuh, tanpa perlu upaya ekstra. Hal ini berbeda dengan mereka yang berkebutuhan khusus. Untuk melakukan hal-hal sederhana dalam kehidupan sehari-hari saja, upaya mereka sudah harus ekstra, mengalami jatuh bangun yang rentan mendatangkan frustrasi. Kepuasan prestasi tidak bisa diraih dengan usaha yang sama seperti rekan-rekannya yang bertubuh lengkap. Kegagalan demi kegagalan, banyaknya latihan tambahan, kebosanan dengan rutinitas latihan, perlu ditahan dengan kekuatan dan kekerasan hati.

Sama seperti kita ketika ingin meraih suatu impian. Bila kita tidak kuat menjaga mood dalam berlatih, kegagalan lah yang akan terjadi dan prestasi tak kunjung diraih. Terkadang, kita menunda latihan atau upaya berlatih kemampuan baru, karena merasa tidak memiliki energi untuk menggenjot diri lagi. Hal ini lah yang perlu diperangi dengan mengingatkan kembali mimpi yang ingin kita capai serta belajar dari upaya ekstra keras para juara.

Scorched Earth Method ala kehidupan sehari hari

Bila di dunia militer metode ini dilakukan dengan cara menghancurkan sumber daya yang kita miliki ketika kita akan kalah ketimbang dikuasai oleh pihak lawan, dalam kehidupan berprestasi, cara ini bisa kita gunakan ketika kita sedang tidak memiliki energi untuk berlatih dan bangkit kembali. Dalam hari-hari ketika kita benar-benar sulit membangkitkan semangat, ketika kita merasa muak dan mual terhadap seluruh tuntutan dan rutinitas yang kita jalani sehingga kita seolah tidak bisa menguasai beragam hal yang sebenarnya bisa kita kontrol, sementara kita sebenarnya tidak memiliki pilihan lain selain harus maju dan menghadapi tenggat yang ada. 

Dalam mengerjakan teknik ini, kita menanggalkan semua atribut pekerjaan dan tugas, tidak mau diganggu oleh apapun, baik ponsel ataupun orang lain. Kita bisa duduk menghadap tembok dan tidak memikirkan apapun. Kita bisa melakukannya beberapa lama, sampai kita siap untuk menghadapi dunia kembali, karena kita memang tidak bisa hidup dengan menghadap tembok saja. Kita perlu untuk bergerak maju, bahkan kalau perlu menghancurkan tembok yang menghadang kita dengan apapun yang kita miliki saat itu, berapa pun waktu yang dibutuhkan meskipun itu berarti menggunakan tangan kosong kita saja. Pilihannya hanya menghadap tembok terus atau bergerak maju. Biasanya, dengan upaya ini, kita menemukan energi kita kembali.

Nah, bagaimana dengan kita? Sudahkah kita menggenjot diri dengan upaya ekstra untuk belajar, berlatih, dan menahan agar motivasi tetap kuat karena hasil yang luar biasa tidak mungkin diperoleh dengan upaya yang biasa-biasa saja.

Diterbitkan di harian Kompas tanggal 20 Oktober 2018

For further information, please contact marketing@experd.com