was successfully added to your cart.

BE DESRUPTIVE!

BE DESRUPTIVE!

POSITIF atau negatif memang sangat relatif tergantung dari sisi mana kita melihatnya. Misalnya, kata agresif, yang dalam suatu hubungan bisa berindikasi negatif, tetapi bila dalam upaya pemasaran, justru sering mendatangkan hasil yang diharapkan.

Kata yang sedang trend belakangan ini adalah disruptif. Menimbulkan kesan negatif karena bisa bersifat merusak. Namun, kenyataannya saat sekarang kita menyaksikan beberapa perusahaan yang berhasil dengan cara menerobos, mengguncang pasar dan menggantikan fungsi konvensional. Mereka bahkan menembus kategori perusahaan unicorn, perusahaan startup yang bernilai lebih dari 1 milyar dolar AS. Gojek menjadi perusahaan mega funding tech nomor 2 di Asia.

Inovasi-inovasi baru memungkinkan perusahaan berkontak langsung dengan pelanggannya, sehingga mereka dapat memahami kebutuhan pelanggan dengan lebih baik. Banyak hubungan bisnis sudah langsung-langsung saja, bahkan terjadi dalam hitungan satu pencetan di ponsel. Netflix mendatangkan film terbaru ke kamar tidur. Amazon perusahaan LMGA (loe mau gua ada) memastikan barang datang dalam 2 hari tanpa ongkos kirim untuk pelanggan di AS. Dan, apa akibatnya? Perusahaan-perusahaan ritel yang tadinya menjadi penghubung antara produsen dengan konsumen mengalami penurunan kunjungan, bahkan tidak sedikit yang gulung tikar. Apakah disruptor ini bisa dihukum karena bersalah? Sama sekali tidak. Bahkan para investor berlomba untuk meningkatkan investasi pada perusahaan-perusahaan yang belum jelas labanya ini.

Kenyataannya sekarang, manusia membutuhkan hal yang lebih konkrit. Layanan bank dengan memperpendek antrean, disapa dan diberi senyuman sudah basi. Para disruptor ini tahu cara memudahkan pelanggan bank tanpa mereka harus beranjak dari tempat duduk mereka, memberikan pelanggan akses lebih cepat untuk mendapatkan kebutuhan mereka, bahkan berhutang pun menjadi lebih praktis. 

Bagaimana dengan kita? Apakah kita hanya akan menjadi penonton saja? Apakah kegiatan sehari-hari cukup kita jalankan secara business as usual saja? Kita tidak bisa menghadapi masa depan dengan menggunakan cara berpikir konvensional lagi. Karena bila demikian, maka para milenial yang berani mengambil resiko dan tidak berhenti berpikir ini akan menggerogoti pangsa pasar kita. Seorang ahli yang mengamati gejala disruptif ini, Clayton M. Christensen mengatakan : “All you need is a fresh perspective and some support in the form of ideas and inspiration.”

Dunia sudah berkembang menjadi demikian global, beragam, tak jelas, dan berubah-ubah. Pengalaman dan pengetahuan yang dulu dianggap maha penting, sudah menjadi kurang relevan.  Kapasitas untuk belajar dan beradaptasi, lincah dan luwes dalam berhubungan dengan orang lainlah yang menjadi sangat penting.

Sekarang saatnya kita meniru tingkah laku para milenial kreatif ini, di mana rasa ingin tahu, rasa penasaran dan sikap  teguh dalam mempelajari sesuatu sudah menjadi kebiasaan mereka sehari-hari. Kita perlu berpikir dan mencari cara untuk bergerak, melompat dan kembali menjadi yang terdepan.

Dalami kebutuhan 

Prinsip utama dari inovasi disruptif adalah fokus pada kebutuhan pelanggan yang paling mendalam. Bukan yang saat ini sudah kelihatan. Para disruptor sukses, selalu menemukan kebutuhan pelanggan yang mungkin oleh pelanggan sendiri belum disadari. Find hidden needs. Nadim Makarim mendapatkan idenya dari bertanya pada tukang ojek konvensional mengenai apa yang mereka lakukan sehari-hari, kebiasaan dan kendala dalam pekerjaannya. Iapun mengobservasi kebutuhan masyarakat sehari-hari. Dampaknya kerajaan Gojek tumbuh pesat, menggurita dengan segala macam layanannya dan menimbulkan disrupsi pada bisnis transportasi konvensional.

Semua kebutuhan pelanggan ternyata masih bisa didalami lagi, diperhalus dan ditemukan nilai tambahnya. Perusahaan-perusahaan ini menemukan betapa kebutuhan manusia sudah lebih canggih dan selalu berubah. Mereka juga selalu bermain di area yang tidak diminati orang. Banyak orang memberi istilah pendalaman ini dengan “searchlight intelligence”: kemampuan menemukan koneksi antara berbagai hal yang sama sekali tidak berhubungan, seperti layaknya kita melakukan penyerbukan silang.

Sudah pasti kita perlu meninggalkan tradisi, sesekali berpikir ‘zigzag’ , dan melakukan ‘stretching’ terhadap batas-batas yang sudah ada di pikiran kita. Kalau perlu, lakukan ‘reverse engineering’; bukan menemukan produk yang lebih baik, tetapi juga membuat dunia menjadi tempat yang lebih nyaman untuk hidup.

Jadikan disrupsi kebiasaan

Sebenarnya disrupsi bukanlah hal baru. Pada tahun 1959, Miles Davis, mengeluarkan album Kind of Blue, yang keluar dari kebiasaan pemain jazz di era itu dan kemudian dianggap sebagai album jazz terbaik sampai sekarang. Kebiasaan keluar dari rutinitas ini tidak akan dimungkinkan bila kebiasaan noticing, creating dan discovering tidak dikembangkan.

Miles Davis dikenal dengan ungkapannya : “If you’re not making a mistake, it’s a mistake”.  Dengan kata lain, tanpa melakukan kesalahan, kita tidak melakukan sesuatu secara berbeda. Modifikasi rutinitas dimungkinkan dengan melakukan kebiasaan baru dengan cara yang segar dan hati gembira, Kebiasaan lama masih mengintip menunggu kesempatan untuk kembali lagi. Kembangkan kebiasaan-kebiasaan baru ini hingga kita memiliki Improvisational Mindset, tidak pernah berhenti mengembangkan hal-hal baru.

“The engine is you”

Dari riset Christensen didapatkan bahwa perusahaan yang menyasar untuk berubah dan melakukan disrupsi mempunyai potensi 20 kali lebih baik dari pada perusahaan yang mempertahankan status quo. Bertahan berarti memberi kesempatan bagi para start up untuk tumbuh subur, membangun, memberi dan berinvestasi lebih besar lagi pada perusahaan disruptif yang sudah ada.

Mereka adalah mesin-mesin inovasi yang akan menentukan arah perkembangan ekonomi. Hal yang tidak pernah boleh dilupakan adalah bahwa kita juga mesin disrupsi. Bila kita mau maju dan membawa dunia ke arah yang lebih baik, lakukan disrupsi terhadap diri sendiri.

Dimuat dalam harian Kompas, Sabtu 30 Juni 2017

Untuk informasi lebih lanjut, hubungi marketing@experd.com