was successfully added to your cart.

CINTA

Indonesia berduka dengan kepergian Presiden Indonesia ke-tiga: B. J. Habibie. Kita semua merasakan kehilangan seorang bapak bangsa yang sekaligus adalah ilmuwan internasional yang diakui dunia. Banyak terobosan yang dibuat almarhum; mengesahkan usulan Prof. Dr. Saparinah Sadli untuk membentuk komnas perempuan, membangun industri strategik pada saat beliau menjabat menteri juga mengusung berdirinya Telkomsel yang menjadi salah satu provider telekomunikasi terbesar sekarang ini. Visi beliau untuk memproduksi pesawat kecil yang menghubungkan pulau-pulau di Indonesia pun sangat menginspirasi.

Di antara beragam prestasi yang dihasilkan beliau, ada hal berharga lain yang ditinggalkannya: Rasa Cinta. Ungkapan-ungkapan beliau seperti:

“Tanpa cinta, kecerdasan itu berbahaya, dan tanpa kecerdasan, cinta itu tidak cukup.”

 “Cinta adalah energi positif yang bisa menggerakan kehidupan menjadi lebih indah.”

“Cinta dapat kita artikan sebagai rasa yang ditimbulkan kepada pasangan, orang tua, sesama, lingkungan, hingga kepada bangsa dan negara.”

Bukan hanya pada istrinya, beliau juga senantiasa melandaskan semua tindakannya atas dasar cinta; cinta pada istri dan keluarga, cinta pada profesi dan karya-karyanya, cinta pada mimpinya, dan yang paling penting adalah cinta pada agama dan negaranya. Rasa cintanya yang demikian kuat bisa menyatukan semua kepentingan, baik itu isteri, keluarga, perusahaan, dan Negara. Apakah kita memiliki cinta sekuat ini juga, mendasarkan tindakan, manuver, dan sikap kita selalu berdasarkan cinta? Kita mengenal rasa cinta yang kita terapkan dalam keluarga. Apakah rasa cinta ini juga berlaku sama di perusahaan, antar teman kerja, pelanggan, dan stakeholders kita, bahkan Negara?

“Love companies”

Banyak pemimpin enggan menyebutkan kata cinta dalam kepemimpinannya. Banyak yang mempersepsi cinta sebagai suatu sikap mental yang cengeng, romantik dan tidak pada tempatnya untuk diungkapkan dalam situasi bisnis. Rasa sayang sering lebih diasosiasikan dengan saling curhat di api unggun, saling memeluk sambil berlinangan air mata. Benarkah begitu? Herb Kelleher, founder dan CEO Southwest Airlines membuktikan bahwa ia justru bisa memimpin organisasinya, melalui keadaan yang paling sulit sekalipun karena rasa cinta. Ia mengatakan, “an infusion of love is an essential, but often overlooked ingredient in any business”. Kelleher benar-benar percaya bahwa dengan mencintai dan melayani baik pelanggan maupun karyawan, tujuan bisnis dapat tercapai. Karyawan tahu, perusahaan akan mengurus mereka bila mereka sakit karena mereka bukan mesin perusahaan, tetapi manusia yang perlu dijaga. Southwest Airlines memang adalah perusahaan penerbangan low cost, namun upah karyawan tidak kalah dengan perusahaan penerbangan lain yang lebih bergengsi. Produktivitas karyawan menduduki peringkat tertinggi dengan harga tiket tercatat tetap paling rendah. Semua ini disebabkan karena kerelaan para pilot untuk terbang lebih lama, dan berada di daratan dengan waktu yang  lebih singkat hanya selama 20 menit saja, sementara perusahaan penerbangan lain tidak mampu melakukannya secepat itu.

Ketika Kelleher harus mencari penggantinya, ia memilih Colleen Barret, yang adalah sekretaris di divisi Legal, namun dikenal sangat menguasai teknik bagaimana mencintai karyawan. Barret mengatakan bahwa ia memanfaatkan 80 persen waktunya dengan manusia.

Cinta itu kompetensi

Hal yang menarik adalah bahwa cinta jarang disebut sebagai salah satu kompetensi kepemimpinan. Padahal kita sangat menginginkan pelanggan mencintai produk kita. Kita ingin karyawan pun mencintai perusahaan dan kita sebagai pemimpinnya. Bila situasi ini belum terjadi, bayangkan betapa sulitnya untuk menumbuhkan rasa cinta dari nol. Ken Blanchard mengatakan, “one of the keys for effective leadership is to be madly in love with all the people you are leading”. Di lingkungan militer, yang dikenal dengan kepatuhan dan disiplin yang kuat, cinta berkembang dan selalu ditumbuhkan. Kita melihat kekompakan dan perhatian pasukan militer bila ada di antara mereka mendapatkan musibah. Acara makan bersama digunakan untuk mengajarkan kepedulian pada sesama teman. Kekompakan ini juga diajarkan dalam hukuman yang diberikan pada satu peleton bila salah satu dari anggota berbuat salah. Di sini kita lihat bagaimana membangun kepedulian sampai akhirnya rasa cinta tertanam pada individu-individunya.

Cinta itu “action”

Kepemimpinan Mahatma Gandhi juga kita kenal penuh passion dan action.  Kehidupan sederhananya bersama rakyat didasari oleh kecintaan kepada rakyatnya. Cinta itu bukan apa yang anda katakan atau rasakan. Cinta adalah tindakan. Tindakan berlandaskan cinta akan membawa manusia untuk lebih positif, di mana pikiran akan membawa kita ke kata-kata dan kata-kata akhirnya pada tindakan nyata.  

Cinta itu selalu ada

Cinta seperti halnya signal Wi-Fi, memang tidak kasat mata sehingga membuat kita tidak sadar akan keberadaannya, tetapi dapat kita rasakan dengan segera begitu kita meng-enable-nya. Hal yang perlu kita syukuri adalah bahwa cinta itu selalu ada dalam kehidupan kita. Hanya saja kita memang perlu menyalakannya. Bila kita sudah dengan sengaja menyalakannya, kita akan merasakan keberadaan cinta secara lebih nyata. Keberadaan ini akan terasa di kegiatan-kegiatan kecil di tempat kerja, sapaan di dalam lift, dalam komunikasi sehari-hari. Kebiasaan untuk mengucapkan selamat pagi, penghargaan kepada teman yang sudah memenangkan proyek, tawaran pertolongan pada teman yang sedang kesulitan, ucapan terima kasih kepada siapa pun akan membawa suasana produktif di perusahaan.

Cinta bukanlah benda asing yang harus dituangkan ke dalam organisasi. Cinta sudah mengalir dalam darah setiap individu, apapun bentuk dan peranan kita dalam kehidupan. Kita tinggal mengangkatnya dan menjadikan dasar dari setiap tindakan kita dalam menjaga hubungan, menjalankan bisnis, menjaga lingkungan, sehingga kita juga bisa merasakan bahwa kita menjalankan a well-lived life. “Love never gives up, never loses faith, is always hopeful, and endures through every circumstance. Love never fails.” – Paul of Tarsus

Diterbitkan di harian Kompas Karier, Sabtu 21 September 2019.

#experd #expert #experdconsultant #cinta #love #hati

Untuk informasi lebih lanjut, hubungi marketing@experd.com