was successfully added to your cart.

Membuat “IMPACT” di Tahun Baru

“Siapa  kamu? “ ular keket bertanya....


”Aku...aku...tidak tahu, tuan. Aku tak tahu siapa saya sekarang ini....” Jawab Alice (in Wonderland) malu malu....


 


Kita pun pernah, pada suatu saat dihadapkan pada situasi dan pertanyaan serupa, misalnya dalam pertemuan keluarga atau meeting di tempat klien. Saat ini, bahkan ada ungkapan  gaul, “Siapa loe..?”, yang cukup menyengat bila kebetulan eksistensi diri kita yang terkena dipertanyakan.


 


Eksistensi diri perlu diciptakan, terutama dalam era kompetisi di mana yang kuat menggilas yang lemah, dan yang cepat menelan yang lambat. Pada awal tahun seperti sekarang ini, di mana setiap orang berkesempatan mempunyai mindset ‘memulai’, sebelum ditanya, ada baiknya kitalah yang bertanya pada diri sendiri “Siapa Saya?”. Pertanyaan itu perlu dilanjutkan dengan, “Bagaimana kita bisa ‘exist’ dengan membuat terobosan yang berdampak dan mengena?


 


Teman saya, sudah berada di tingkat “General Manager” sebuah organisasi top di negara ini. Pengetahuan organisasi, produk, dan ekspertisnya tidak diragukan lagi. Pengambilan keputusan, kerja keras dan komitmennya nomor satu. Tetapi, dalam politik organisasi, namanya tenggelam. Ia seolah hanya terangkat bila orang benar-benar membutuhkan kompetensi khusus yang dimilikinya. Terlepas dari berambisi tidaknya seseorang untuk mencapai jabatan yang lebih tinggi, individu hendaknya juga memperhitungkan “impact” sebagai akibat kerja kerasnya. Bila kerja tidak “terasa” oleh orang lain, suatu saat individu akan kehilangan gairah karena umpan balik terhadap kinerjanya tidak sebanding dengan apa yang ia lakukan.


 


Jadilah “Subyek”


Paradigma bahwa kontrol atas sukses atau gagalnya situasi ada di luar diri kita sering menyebabkan kita mulai tidak berdaya. Kita  mulai menunjuk kesalahan orang lain, merasa menjadi korban jaman, korban politik bahkan tumbal organisasi, atau bahkan menjadi “one of them”.


 Merasa diri sebagai ‘subyek’ akan membuat orang lepas dari perasaan sebagai ‘korban’, sebaliknya menumbuhkan ‘power’ dan rasa tanggung jawab atas setiap perannya di dalam setiap situasi atau masalah.


 


Di dalam organisasi yang bobrok misalnya, di mana kebanyakan orang melakukan tindakan kontraproduktif, individu perlu mempertanyakan “Apa sih yang hilang di sini?”, “Apa sih yang diharapkan kebanyakan orang?”. Dengan menjawab pertanyaan ini, kita justru bisa menemukan celah yang tadinya terselubung oleh tindakan buruk untuk melakukan perubahan.


 


Isu-isu yang sebenarnya “ada” tetapi terselubung ini bisa memprovokasi lingkungan, membuka mata dan mendorong  untuk memulai perbaikan. Situasi menggugah ini akan terasa memberi “impact” pada sekitar. Apalagi bila kita ikuti dengan dorongan dan ajakan  orang untuk berubah sudut padang. Kalimat-kalimat kunci seperti: “Bagaimana cara....”, “Mari kita garap ide itu...” , telak-telak akan mengajak orang berpikir dan tanpa sadar berkeinginan merubah.


 


Suarakan Sikap ‘Tidak Puas’


Kenyataan bahwa ‘comfort zone’ semakin lama semakin singkat usianya, jelas terlihat di dalam perkembangan teknologi. Baru saja para provider telpon genggam me-”launching” sistem 3G, maka tantangan untuk mengembangkan teknologi 4G sudah di depan mata. Sebagai orang yang ingin membuat “impact”, kitalah yang harus berinisiatif untuk bersikap tidak puas dengan apa yang sudah kita capai. Kitalah pembuat peta pembaharuan. Stabilitas adalah dasar dan lahan pembuatan perbaikan. Di lahan yang sudah ada, kita perlu mengeksplorasi dan membuat “ceritera-ceritera baru”. Sikap tidak puas itu sehat dan perlu disuarakan, sepanjang kitapun menyajikan solusi , apalagi bila solusinya merupakan terobosan.


 


Impact Dibuat dengan “Bergerak”


Seringkali orang tidak sadar bahwa ‘bergerak’ secara kongkrit akan berguna tidak hanya bagi kesehatan fisik tetapi juga mental. Selain itu, hanya dengan ‘bergerak’ seseorang akan kelihatan. Sudah lama kita mengenal istilah MBWA (management by wandering around) yang ternyata sampai sekarang sangat efektif. Melakukan inspeksi dan ekskursi sangat mudah dilakukan siapa saja. Dan, “believe it or not” sangat ber-”power”. Melalui kegiatan lapangan, kita bisa menemukan kejutan yang  tidak pernah kita sangka-sangka. Dengan sendirinya, ide untuk renovasi dan inovasi lebih mudah ditemukan.


 


Kontak, kontak, kontak


 


Siapapun akan senang dan bergairah  bila mendapatkan wawasan tentang terbentangnya  kesempatan luas di cakrawala. Hal ini  hanyalah dimungkinkan bila kita banyak berkomunikasi, mendengar, bertanya , berbagi dan belajar bersama. Untuk mengakomodir hal ini, kita perlu membuka akses bagi orang-orang untuk bekerja dalam tim, berhubungan dan berkomunikasi terus-menerus dengan sebanyak mungkin orang dalam projek. Melalui cara ini, akan tumbuh dengan sendirinya proses revitalisasi  lingkungan kerja yang “impact” nya sangat positif. Suasana kerja jadi hidup, “rame”  dan bersuara , hanya karena berkembangnya kontak lebih banyak.  


 


Lakukan Sesuatu yang “fresh”


Di hari pertama masuk kerja di tahun baru, teman saya yang tomboy datang dengan penampilan baru. Rambutnya model baru, wajahnya dipulas make-up, bajunya lebih chick, dan sepatu datarnya diganti dengan sepatu hak 5 cm berhias pita cantik. Segera saja ia membawa suasana segar, menjadi pusat perhatian, dan meng-inspire rekan lain untuk berlomba-lomba tampil lebih keren. Ya, sesuatu yang baru dengan segera akan ‘terlihat’. Kita bisa membuat impact dengan senantiasa membawa sesuatu yang fresh jdalam melakukan pekerjaan, ber-teamwork, maupun berelasi dengan klien.


 


Jangan khawatir bahwa hal yang ‘beda’ akan mengundang resistensi. Sah-sah saja bila orang enggan mengubah cara lamanya ke cara baru. Kita perlu serius menanggapi keengganan orang akan penerimaan hal yang baru . Tetapi ingat, hanya dilahan yang stabillah kita bisa memainkan peluang untuk belajar sesuatu dan  memoles ‘inovasi’ . Dan yang penting, kita bangunkan selalu niat baik kita untuk memberi ‘impact’ dengan menggugah optimisme .


 


Eileen Rachman & Sylvina Savitri


EXPERD


Soft Skills & Personal Development training


 


(Ditayangkan di KOMPAS, 6 Januari 2007)

Untuk informasi lebih lanjut, hubungi marketing@experd.com