was successfully added to your cart.

GURU SPIRITUAL

GURU SPIRITUAL

SATU demi satu, nama-nama guru spiritual menjadi demikian terkenal, baik karena perbuatannya maupun para pengikut yang cerdas dan terkenal. Di samping itu, kekuatan media yang mengejar rating juga membuat fenomena ini semakin menjadi perhatian. 

Walaupun kejadian-kejadian ini bukan barang baru, namun episode demi episode yang muncul membuat kita semakin mempertanyakan kekuatan spiritual seperti apakah yang dipancarkan oleh para guru spiritual ini sehingga pengikutnya percaya, menyerahkan uang, terjebak narkoba, bahkan kehilangan kehormatannya. Analisis awam kita mengatakan bahwa para pengikut ini tentu sedang dalam kebutuhan yang mendesak akan rasa aman maupun kebutuhan materi, yang ingin diperoleh dengan segera, tanpa proses panjang. Praktik spiritual yang imaterial ini bahkan dijanjikan memperoleh hasil yang material. 

Walaupun hampir semua di antara kita menggelengkan kepala tentang betapa ganjilnya situasi ini, kita pun perlu mengakui bahwa ada kekuatan mind over matter, bahkan mind over body yang bisa berlangsung. Bahkan, seorang doktor yang juga pengikut setia salah seorang guru spiritual menyebut-nyebut tentang prinsip quantum mechanics yang menggambarkan bekerjanya gerak partikel-partikel atom, menyatukan energi yang tidak tertangkap oleh akal sehat. Hal yang jelas terjadi di padepokan-padepokan ini adalah terbentuknya keyakinan-keyakinan tertentu yang khas, yang mewarnai tindak-tanduk para pengikut. Sementara di dalam pemerintahan maupun organisasi kita berusaha untuk mengembangkan kepemimpinan dengan berinvestasi di bidang pelatihan dan pengembangan, di pihak lain ada fenomena pengaruh yang sangat kuat dan tak lazim dari para guru spiritual. Benarkah itu? Apa yang kurang pada pengembangan kepemimpinan kita? Apakah latihan-latihan dan pembelajaran saja tidak cukup? 

Kekuatan “fall and raise” 

Beberapa studi, antara lain yang dilakukan Oprah Winfrey mengenai kekuatan spiritual para pemimpin menunjukkan adanya hal-hal lain yang mampu menguatkan kepemimpinan, yaitu yang disebut-sebut sebagai kekuatan nilai-nilai di dalam diri. Inilah yang membentuk “the value of deep faith”. Kekuatan ini didapatkan para pemimpin dari kedamaian mereka dengan keadaan emosinya dan kemampuan untuk kemudian menyisihkan pola-pola kebiasaan  yang ego based ke hal-hal yang sifatnya lebih futuristis. 

Soichiro Honda, Walt Disney, dan Steve jobs, sama-sama jatuh, lalu jatuh lagi, ditolak, kecewa, tetapi tetap kuat dengan keyakinannya sehingga menemukan kesempatan untuk maju di tengah-tengah sikap skeptis orang disekitarnya. Bila Jobs tidak melakukan meditasi, diet buah dan sayur selama bertahun-tahun, bisakah ia menemukan kekuatan spiritual ini? Ibu Teresa, Ibu dari para orang miskin di Kalkuta, berangkat ke India karena rasa galau, hampa, dan ragu dalam dirinya. Kekuatan inner silence dan komunitas membantu beliau untuk bertahan hingga akhir hayat sebagai pemimpin yang dicontoh semua orang. Kekuatan batin terpancar dalam seluruh tindak-tanduknya. 

Jadi, kekuatan spiritual pemimpin itu memang eksis. Di samping kekuatan dasar seperti komunikasi, keterampilan interpersonal dan pemecahan masalah, ada juga kekuatan batin yang besar pada individu-individu sukses ini. Mereka menjanjikan hal-hal yang tidak instan dan material. Diri mereka sendiri adalah contoh dari keinginan dan upaya keras untuk membangun masa depan yang lebih baik. Kekuatan mereka menghadapi pertentangan keraguan dan tetap bertahan di jalur keyakinannya, telah membentuk belief yang kuat pada para pengikutnya. “Never give up” ini semboyan mereka . 

"The life force-leadership Energy"

Hasil penelitian mengatakan bahwa pemimpin-pemimpin yang sukses dan menjadi panutan banyak orang memang berenergi lebih. Pertama, kejelasan masa depan di mata mereka memang jauh melebihi orang lain. Diucapkan atau tidak, tingkah lakunya selalu berorientasi ke masa depan. Selain itu, pemimpin-pemimpin ini memang memiliki prinsip moral yang tidak bisa dikompromikan. Steve Jobs terkenal keras kepala dan bersikap keras kepada anak buah yang malas berpikir. Tony Hsieh terkenal dengan happiness principles-nya, dan bersedia membayar anak buah yang tidak cocok dengan nilai-nilai organisasinya untuk menyingkir. Dengan demikian nilai-nilai tersebut semakin kuat terpelihara, dan dengan sendirinya the power of mind tumbuh subur, menjadi kekuatan pemimpin, maupun kelompok. 

Bagaimana dengan kita yang ingin menjadi pemimpin, baik mental maupun spiritual? Kita pun, terlepas dari berapa usia kita, perlu menilik diri sendiri. Apakah kita mempunyai sasaran masa depan yang jelas yang bisa dibagikan kepada pengikut atau anak buah? Bila hakul yakin akan pencapaian sasaran kita, biasanya kita mulai bersikap selfless, tidak sibuk memikirkan diri sendiri, tetapi justru berbagi obsesi secara jelas, keras, dan membuatnya bersinar. “Right Intention, Right Action”, demikian kata orang–orang bijak. 

Lain halnya dengan para pemimpin spiritual gadungan yang beredar. Mereka memang menjanjikan masa depan dan menjual mimpi. Mereka menarik perhatian banyak orang dengan kekuatan kata-kata, karisma, bahkan demonstrasi mukjizat dalam kemasan spiritual. Namun, orang berdatangan bukan untuk mengejar nilai-nilai luhur kehidupan, melainkan janji perubahan hidup yang super instan dan menikmati ekstasi rohani dari berbagai ritual. Sementara itu, para pemimpin ini sejatinya tidak peduli pada nilai-nilai kebaikan maupun kesejahteraan pengikutnya, kecuali kepada ego dan kepuasan diri mereka sendiri.

Dimuat dalam KOMPAS, 15 Oktober 2016

 

Untuk informasi lebih lanjut, hubungi marketing@experd.com