was successfully added to your cart.

REVERSE MENTORING

REVERSE MENTORING

Seiring berjalannya waktu jumlah milenial di dalam organisasi terus bertambah. Sejalan dengan hal tersebut banyak generasi senior yang semakin merasakan kesenjangan. Meskipun mereka sadar bahwa cepat atau lambat, generasi milenial ini memang akan memenuhi organisasi. Para senior ini juga sadar bahwa mereka perlu mewariskan organisasi ini kepada penerus mereka dalam keadaan yang dapat dibanggakan, di mana lembaga atau perusahaan dipandang masih memiliki masa depan yang menjanjikan bagi para milenial ini. Tetapi bagaimana pandangan para milenial? Sesungguhnya memang belum banyak penelitian yang mendetail mengenai hal ini, namun kita pun sudah bisa merasakan perbedaan values anak muda yang lebih banyak menuntut kejelasan, flexibilitas, efisiensi kerja, dan pekerjaan yang sesuai dengan minatnya. Kenyataannya, mereka sudah berada di dalam organisasi kita, dan bersama dengan merekalah kita yang lebih senior ini perlu bekerjasama untuk mengembangkan organisasi ini. Beberapa perusahaan sudah menyadari bahwa ada bidang tertentu yang tidak terlalu diminati para milenial dan turn over para milenial ini pun cenderung meningkat. Jadi, bisakah kita hanya mengeluh saja mengenai generasi penerus ini? Apakah betul tidak ada jalan untuk meningkatkan retention mereka?

Masa depan tidak bisa ditentukan oleh masa lalu

Fabrizio Freda, CEO perusahaan kosmetik Estée Lauder sangat menyadari bahwa kita tidak bisa bertahan dengan kesenjangan yang ada di antara para milenial dan para senior. Kemampuan para senior di dunia digital merupakan salah satu faktor yang mendorong kesenjangan yang semakin besar dan kadang tidak bisa dimengerti oleh para milenial. Selain itu, ia juga menyadari bahwa perlu ada upaya agar angka retensi para milenial meningkat. Kita tidak bisa bertahan bila generasi muda ini menghilang dari perusahaan. Rekrutmen mereka tidak murah. Kenyataannya, kita memerlukan generasi penerus untuk menjalankan perusahaan.

Gagap teknologi para senior akan teknologi digital ini pada akhirnya juga akan menghambat perusahaan. Sementara kemampuan para milenial dalam mendapatkan informasi, berkomunikasi melalui media sosial, berkomunitas, dan melakukan marketing dengan cara yang murah tetapi bergaya kekinian, sangat berbeda dengan praktik-praktik 10-15 tahun yang lalu. Kompetensi dalam memanfaatkan digitalisasi inilah yang seharusnya juga dikuasai para senior.

Budaya perusahaan pun tidak mungkin kita biarkan seperti masa lalu. Culture change perlu kita inisiasi dengan cara baru. Indoktrinasi-indoktrinasi mengenai budaya perusahaan tidak lagi dengan mudah di-buy in oleh para milenial. Mungkin perusahaan juga perlu mempertimbangkan cara-cara yang lebih praktis dan lebih sesuai dengan kebiasaan para milenial dalam menanamkan budaya baru.

Generasi baru ini sudah mengalami pergeseran nilai juga. Mereka lebih menghargai nilai-nilai yang berlandaskan pada kemanusiaan, kelestarian lingkungan, dan kebebasan berpendapat. Karenanya kita juga perlu banyak mendengar pendapat mereka dan menyerap nilai-nilai yang lebih mutakhir mengenai apa yang dibutuhkan lingkungan dan pasar di zaman sekarang ini.

Dibalik: yang tua belajar dari yang muda

Pertanyaan bagaimana kita akan berhubungan harmonis dengan generasi yang lebih muda atau bagaimana kita bisa mempertahankan mereka dalam organisasi kita, sudah diperkirakan Jack Welch pada tahun 1990-an. Jack Welch memulai program reverse mentoring di mana para anak muda justru bertugas mengajari para eksekutif beragam kemampuan terbaru yang memang dikuasai oleh mereka seperti kemampuan dan pemahaman menggunakan internet. Upaya ini berhasil dengan sukses. Sekarang, reverse mentoring ini banyak dilakukan oleh perusahaan-perusahaan sebagai program yang umum digunakan untuk menularkan isu-isu strategis, kepemimpinan, dan bertukar pemikiran mengenai bagaimana melakukan pendekatan dalam pekerjaan. “It’s hard to understand the challenges people face when you don’t know them”, Demikian Welsch mengatakan.

Materi yang ditransfer dalam proses reverse mentoring ini bisa berbagai macam, tetapi hal yang penting untuk disasar dalam proses ini adalah bahwa dalam proses mentoring ini kedua generasi memiliki kesempatan untuk lebih saling mengerti dan berbicara dalam gelombang yang sama. Para mentor muda tidak lagi perlu merasa minder dengan kemudaannya, karena mereka ternyata bisa menyajikan wawasan yang berbeda yang kemudian bisa mendorong para senior untuk menghasilkan solusi yang berbeda pula.

“Reverse mentoring”

Alan Webber, co-founder of Fast Company, mengatakan bahwa situasi ini menggambarkan betapa rekan senior yang berusia 40 dan 50-an, memang kemudian melihat masa depan secara berbeda dibandingkan dengan anak muda berusia 20 tahunan. They come with fresh eyes, open minds, and instant links to the technology of our future.

Ada beberapa hal yang perlu dicatat dalam menyelenggarakan program ini:

  • Harapan perlu disampaikan secara gamblang, sehingga masing-masing pihak sudah mempersiapkan diri untuk melebur dalam diskusi-diskusi yang lebih tajam dan jelas agendanya.
  • Tentunya kita juga perlu membuat rambu-rambu tertentu, mengingatkan tentang pentingnya keterampilan mendengar dan berharap para peserta bisa menjalankannya.
  • Kita perlu meyakinkan kehendak belajar kedua belah pihak sebelum program dimulai, sehingga semua yang terlibat memang memiliki niat yang tulus untuk saling belajar.
  • Trust: berhubung program ini akan mendorong setiap pihak untuk keluar dari comfort zone-nya dan mencoba cara lain, maka trust adalah landasan penting dalam hubungan ini.
  • Transparansi: karena persepsi masing-masing generasi pasti berbeda, dari awal kita perlu mengingatkan bahwa perlu ada ketersediaan untuk membuka diri terhadap perbedaan.

Meninjau banyaknya manfaat dari program reverse mentoring ini seperti menutup kesenjangan generasi, menguatkan pemimpin yang sekarang sambil mengembangkan pemimpin masa depan serta meningkatkan engagement organisasi, maka diharapkan keberhasilan program ini juga akan meningkatkan retensi karyawan.

Diterbitkan di harian Kompas Karier, 12 Oktober 2019.

#experd #expert #experdconsultant #reversedmentoring #reversed #mentoring #mentor #coach #coaching

For further information, please contact marketing@experd.com