was successfully added to your cart.

PENGAMBILAN KEPUTUSAN: LOGIS ATAU EMOSIONAL?

By July 08,2013 Insights

Kita terperangah saat seorang juru bicara ormas, di tengah tayangan live di televisi, meledak marah dan menyiram teh pada nara sumber lainnya. Kita tentu bertanya-tanya, "Apa yang ia pikirkan saat itu?". Ya, emosi sesaat bisa membuat kita mengambil keputusan yang kita sesali kemudian. Kita sendiri pun tentu pernah juga menyesali keputusan yang diambil saat kita emosional. Bisa kita bayangkan, betapa membuat keputusan penting yang didasari emosi sesaat (marah, takut, terlalu senang) bisa menjadi salah satu kesalahan terbesar dalam karir dan kehidupan pribadi kita.

Emosi jelas memegang peran sangat penting dan tidak bisa dipisahkan dari pengambilan keputusan. Antonio Damasio, seorang ahli ilmu saraf mempelajari orang-orang yang memiliki kerusakan pada bagian otak yang mengatur emosi. Ia mendapati satu kesamaan, yaitu mereka tidak dapat mengambil keputusan. Mereka mampu mendeskripsikan secara logis tentang apa yang semestinya dilakukan tetapi tidak bisa mengambil keputusan sederhana sekalipun, seperti apa yang akan mereka makan, baju apa yang akan digunakan. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun kita kerap menyatakan bahwa keputusan harus diambil secara logis dengan melakukan berbagai pertimbangan, namun ujung-ujungnya pengambilan keputusan selalu didasarkan pada emosi

Saat membuat keputusan penting, kita perlu memikirkan dan memahami dampak emosi yang muncul dari keputusan yang akan diambil. Kita juga perlu mencoba untuk mengelola emosi agar tidak sampai mengontrol diri kita. Inilah yang dimaksud dengan kecerdasan emosional: kemampuan untuk memahami dan menyadari emosi-emosi kita serta menggunakannya agar bermanfaat bagi kita.

Now What? Kita harus sadar bahwa kematangan emosional tidak statis, namun perlu diasah dan dikembangkan seumur hidup kita. Kita bisa mengenali tingkat kematangan emosional kita melalui asesmen EQ yang reliabel, misalnya EQ asesmen dari Hogan. Dari hasil asesmen, kita mempunyai pengetahuan mengenai bagaimana seseorang menerima dan menginterpretasi emosi yang dirasakan, bagaimana ia memainkan dan mengelola emosi yang dimiliki agar tidak merugikan diri sendiri dan memahami bagaimana emosi tersebut akan diterima oleh orang lain. Pemahaman mengenai tingkat kematangan emosi kita akan membantu kita agar lebih baik dalam membuat keputusan dan menjalin hubungan, serta belajar untuk memegang kendali atas kehidupan kita sebagai orang yang lebih cerdas secara emosional.

Sumber:

http://info.hoganassessments.com/blog/bid/281683/Control-Control-You-Must-Learn-Control

http://bigthink.com/experts-corner/decisions-are-emotional-not-logical-the-neuroscience-behind-decision-making

 

For further information, please contact marketing@experd.com